Minggu, 06 Desember 2009

POLITIK DAN HUKUM BELUM MENYENTUH PARA SISWA


Sampai saat ini, beberapa surat kabar masih sibuk membahas tentang hukum dan politik. Diantaranya masih kasus seputar KPK dan skandal Bank Century, serta tentang disharmoni lembaga-lembaga politik dan Badan Penegak Hukum. Membahas kasus Bibit-Chandra pun sampai saat ini juga belum menemui titik terang. Lalu, bagaimana semua itu dimata remaja terlebih siswa?

Remaja memang perlu melek politik. Remaja perlu belajar dan sekaligus memahami berbagai persoalan yang sedang dihadapi bangsa dan negerinya. Akan tetapi, pendidikan politik yang perlu diaplikasikan ke dalam lembaga pendidikan bukanlah dalam bentuk propaganda politik praktis yang akan mengarah pada proses pembusukan intelektual, melainkan pendidikan politik yang sehat dan mencerahkan.


Seperti dikatakan oleh salah seorang tokoh pendidikan Jembrana, I Gede Laut Mertajaya, M.Sc., bahwa sejauh ini para siswa di Indonesia memang belum mendapatkan pendidikan politik yang memadai. “Siswa belumlah mendapatkan pendidikan politik yang memadai. Kita bisa lihat bagaimana mereka bingung ketika bersinggungan dengan masalah politik. Padahal sesungguhnya politik itu memiliki makna yang sangat luas. Sikap politik tidaklah sebatas keterlibatan sesorang dalam politik praktis, seperti dalam pesta demokrasi ( Pemilu ). Bukankah ini sebuah contoh bahwa pemahaman politik di dalm masyarakat sangatlah rendah. Maka kita harus mengubah pandangan itu sedini mungkin, yang mulai dari kalangan siswa,” demikian Gede Laut dalam sebuah wawancara dengan media ini.

Para siswa perlu diajak untuk memahami persoalan-persoalan kebangsaan melalui proses pembelajaran yang dialogis dan interaktif. Pendidikan politik juga tidak perlu dijadikan sebagai materi pelajaran tersendiri. Berhasil menanamkan nilai-nilai kearifan politik ke dalam ranah pemikiran siswa sudah merupakan sukses tersendiri bagi sebuah lembaga pendidikan.

Melalui penanaman nilai kearifan politik semacam itu diharapkan kelak siswa mampu menjadi pemain-pemain politik yang cerdas dan elegan sehingga tidak mudah melakukan tindakan-tindakan konyol yang bisa merugikan bangsa dan negara.

Dalam konteks demikian, dibutuhkan penanaman nilai-nilai kearifan dan pengertian politik secara benar melalui dunia pendidikan. Dalam pandangan awam, hancurnya tatanan politik di negeri ini merupakan imbas dari minimnya dunia pendidikan politik kita dalam menyentuh nilai-nilai kearifan politik.

Selama menuntut ilmu di bangku pendidikan, para siswa didik (nyaris) tak pernah mendapatkan pendidikan politik secara benar. Siswa belajar politik secara langsung di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sudah sarat dengan pembohongan serta ketidakjelasan politik. Imbasnya sudah bisa ditebak. Ketika terjun ke dalam ranah politik praktis, mereka menjadi mengabaikan nilai-nilai kejujuran, kearifan, dan kesantunan.

Sudah saatnya dunia pendidikan kita mengakomodasi berbagai persoalan yang langsung bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak. Jangan sampai, dunia pendidikan berdiri di puncak kepura-puraan yang akan mengasingkan anak-anak masa depan negeri ini dari berbagai persoalan riil yang dihadapi bangsa dan negaranya. Dengan kata lain, nilai-nilai kearifan dan kesantunan politik perlu segera diaplikasikan ke dalam dunia pendidikan yang disajikan secara integratif ke dalam berbagai mata pelajaran yang relevan agar siswa memahami dan mampu memposisikan dirinya dikehidupan perpolitikan.

poetry

Selengkapnya...

Kamis, 29 Oktober 2009

Pentingnya Kegiatan Ekstrakulikuler


Remaja adalah individu yang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Remaja merupakan sifat transisi karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Dalam masa inilah, rawan muncul permasalahan-permasalahan yang dialami remaja dalam menjalani kehidupannya sebagai betuk pencarian jati diri. Tapi, bila dalam masa pencarian diri tersebut remaja tidak menemukan rem sebagai pengontrol aktivitasnya, maka pencarian jati diri tersebut akan berubah menjadi penyimpangan yang biasa kita sebut dengan kenakalan remaja.


Orang tua dan guru di sekolah memegang peranan yang penting dalam mengatasi berbagai macam problematika yang ada dalam individu yang sedang bertransisi itu. Dalam lingkup keluarga, orang tua harus menjadi pendamping peran utama (remaja) dalam menjalani kehidupan yang sedang dijalaninya. Namun, jika seorang remaja berada di dalam sekolah, maka guru akan menjadi peran pengganti orang tua.

Selain tempat menimba ilmu, sekolah juga dapat menjadi tempat remaja untuk melakukan hal-hal “nakal”. Apalagi jika mereka bertemu dengan teman-teman yang berfikiran nakal pula. Separuh kegiatan remaja, dilakukan di sekolah. Mulai dari belajar hingga bermain. Kegiatan-kegiatan pengembangan diri remaja juga bermula dari sekolah. Karena itu, sekolah untuk usia remaja (SMP dan SMA) memiliki program pengembangan diri rutin yang biasa disebut dengan ekstrakulikuler. Tujuan dari ekstrakulikuler adalah untuk menempatkan minat dan bakat siswa diluar mata pelajaran yang nantinya bisa ditekuni. Kegiatan ekstra diberikan ringan dan menyenagkan diluar hal-hal rumit yang diberikan di kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Ini membuat remaja itu memiliki keterampilan dan sikap serta mampu berorganisasi. Dalam kegiatan ekstrakulikuler, remaja dapat menumpahkan seluruh kenakalannya dalam bentuk karya maupun prestasi. Jadi kenakalan remaja tak hanya menjadi hal uang mengerikan bagi orang tua.

Kenakalan remaja kini sudah dapat diarahkan menjadi kenakalan yang positif, melalui kegiatan ekstrakulikuler. Dalam menentukan ekstra apa yang akan mereka ambil saja, itu sudah membuat remaja berfikir apa yang akan mereka kerjakan pada ekstra tersebut. Remaja dapat berkaraya di dalamnya tanpa menghilangkan unsur kenakalan yang dimilikinya. Remaja bebas berekspresi dalam kegiatan bebas rumus tersebut. Karena remaja memiliki sifat ingin tahu dan gengsi yang tinggi, mereka cenderung ingin menjadi lebih hebat dari sebayanya. Sebaiknya hal tersebut diketahui guru pembimbing agar bakat mereka dapat tersalurkan melalui turnamen atau lomba.

Pembebasan siswa dalam kegiatan ekstra bukanlah berarti menyerahkan sepenuhnya pada siswa. Jika hal tersebut terjadi, bisa menyebabkan ketidakberesan pikiran remaja yang menyebabkan penyimpangan. Maka guru mempunyai peran yang penting untuk menghalangi penyimpangan yang menjadikan remaja terlibat dalam kenakalan negatif yang tak berkesudahan.

Sebenarnya, remaja juga mempunyai hal positif dalam pengembangan dirinya. Kini tinggal bagaimana orang tua, guru dan sekolah mengarahkan anak-anak tanggung tersebut menjadi individu yang berhasil dan sukses.

poetry
Selengkapnya...

Jumat, 09 Oktober 2009

DIDUGA ‘BOCOR’ ANJING BANYAK SEMBUNYI


Cerita tentang indera penciuman anjing yang katanya melebihi mahkluk lainnya terbukti. Setidaknya hal tersebut tergambar saat Tim Penanggulangan Penyakit Rabies Kabupaten Jembrana bersama Tim Provinsi Bali melanjutkan operasi eliminasi (pemusnahan anjing yang tak memakai tanda pengenal) di wilayah Desa Yehembang Kecamatan Mendoyo, Jumat (2/10) kemarin. Mungkin lantaran anjing-anjing di Yehembang sudah mencium ‘bau’ tewasnya anjing-anjing di Pekutatan, kawanan anjing yang biasanya rame berkeliaran di jalan-jalan dan pasar, terlihat sepi saat Tim sudah tiba di lokasi sasaran, terlebih cuaca buruk dan hujan gerimis yang terjadi di seputaran Desa Yehembang dan sekitarnya menjadi salah satu penyebab anjing-anjing tersebut enggan keluar. Nampaknya mereka memilih sembunyi dan mencari tempat yang lebih hangat, sehingga tidak terpantau petugas yang siap me-nulup (nyumpit:red) dengan senjata tulup dan peluru beracun.

Meski anjing terlihat jarang dan tidak sebanyak di Pekutatan, pe-nulup jitu yang khusus didatangkan dari Provinsi Bali tersebut, tidak menyerah. Keenam orang pe-nulup tersebut, kemudian mengubah strategi dengan membagi diri. Ada yang bergerak menuju pasar, ada pula yang bergerak menyusuri jalan dan gang-gang yang ada di desa Yehembang. Bahkan perburuan anjing-anjing liar yang rawan rabies tersebut sampai ke pinggiran pantai Rambutsiwi - Yehembang.

Walhasil perburuan Tim Penulup tersebut tidak sia-sia, belasan anjing yang sembunyi di gubuk dan dibawah bale-bale maupun di rumah-rumah penduduk, atas seijin dan bantuan warga setempat, berhasil ditulup hingga tewas. Informasi aparat desa, banjar dan warga Desa Yehembang terhadap lokasi-lokasi persembunyian maupun tempat-tempat begerombolnya anjing-anjing liar sangat membantu petugas dalam melakukan eksekusinya.

Dalam eksekusi tersebut, banyak anjing gagal di-tulup, lantaran cepat kabur dan tembakannya meleset. Namun penulup – penulup tersebut tidak menyerah dan mengejar anjing-anjing tersebut hingga ke tempat persembunyiannya.

Disisi lain, menurut salah seorang Staf Dinas PKL Kabupaten Jembrana IGN Okabudhi, anjing-anjing yang sudah di vaksinasi hingga dua tahap akan diberikan tanda khusus berupa Peneng. “ Anjing-anjing yang sudah berisi peneng berarti aman dari rabies “ ujar Okabudhi. Ia menambahkan, gerakan eliminasi terhadap anjing-anjing liar akan terus berlanjut hingga seluruh wilayah.

pemkab jembrana
Selengkapnya...

Rabu, 07 Oktober 2009

ANJING LIAR DIMUSNAHKAN


Rupanya, wabah rabies yang hingga saat ini mewabah di Tabanan membuat Jembrana cemas. Tindakan tegas dengan melakukan eliminasi (pemusnahan,red) terhadap anjing-anjing liar tak bertuan akhirnya ditempuh. Ratusan anjing liar yang berkeliaran di gang-gang sempit dan pusat-pusat keramaian berhasil dimusnahkan.

Kecamatan Pekutatan mendapatkan giliran pertama kegiatan eliminasi anjing-anjing liar lantaran merupakan daerah tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Tabanan yang hingga kini masih terjangkit wabah rabies. Di kecamatan ujung timur Jembrana ini, pemusnahan anjing-anjing liar diawali dengan menyasar sejumlah anjing liar yang sering berkeliaran di sekitar Kantor Camat Pekutatan. Dengan mengerahkan enam tukang tulup, belasan anjing liar berhasil dilumpuhkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pasalnya, ketika seekor anjing terkena “peluru” sumpit dalam tersebut, dalam hitungan menit anjing tersebut sudah kehilangan nyawanya lantaran racun Strichnine yang disuntikkan oleh “peluru” sumpit tersebut ke dalam tubuh anjing. “Racun ini langsung menyerang jantung, sehingga dalam hitungan menit anjing itu tewas,” ujar salah seorang petugas. Menurutnya, ketika terkena tembakan, anjing tersebut memang masih bisa lari namun semakin aktif anjing tersebut, semakin cepat ajal menjemputnya. “Saat kena memang masih bisa lari, lalu dia akan menderita tremor habis itu akan langsung tumbang,” tandasnya. Setelah berhasil memusnahkan belasan anjing di sekitar Kantor Camat Pekutatan, tim bergerak menuju Pasar Pekutatan. Saat tim tiba, pasar terbesar di Kecamatan Pekutatan sontak berubah. Seluruh penghuni pasar menyambut gembira eliminasi anjing liar tersebut dengan menunjukkan anjing-anjing liar yang biasanya nongkrong di pasar tersebut. Puluhan anjing liar berhasil dimusnahkan yang bangkainya diangkut oleh mobil pengangkut sampah untuk ditanam di Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah di Banjar Peh, Kaliakah, Negara. Tidak itu saja, penduduk di seputar pasarpun ikut membantu dengan menunjukkan lokasi berkeliarannya anjing-anjing liar. Pada sebuah gang sempit di Banjar Pasar, Pekutatan, tim kembali berhasil memusnahkan belasan anjing-anjing liar tak bertuan. Setelah memusnahkan anjing-anjing liar di Pasar Pekutatan, tim bergerak menuju Desa Pengeragoan. Desa paling timur Jembrana ini dianggap rawan rabies lantaran berbatasan langsung dengan Kabupaten Tabanan. Di lapangan Desa Pengeragoan yang berbatasan langsung dengan pantai, tim kembali memburu anjing-anjing liar tanpa pemilik. Perburuan yang hingga menyusuri pantai ini menghasilkan belasan ekor anjing tak bertuan. Kendati telah berhasil memusnahkan puluhan ekor anjing liar, ternyata tidak membuat tim puas. Perburuan kembali dilanjutkan dengan menyusuri Banjar Dauh Tukad, Pengeragoan. Di tempat tersebut, sejumlah penduduk sudah menunggu dan meminta agar anjing-anjing liar di wilayahnya itu dimusnahkan. Permintaan warga itu, langsung ditanggapi tim dengan menurunkan enam tukang sumpit. Hasilnya, belasan ekor anjing liar berhasil dimusnahkan. Di banjar ini, selain melakukan eliminasi, tim juga melakukan vaksinasi massal terhadap puluhan anjing milik warga di banjar tersebut.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan (PKL), I GN Sandjaja di sela-sela acara eliminasi anjing liar ini mengatakan Pemkab Jembrana berupaya untuk mengantisipasi sedini mungkin wabah penyakit rabies yang telah terjadi di Tabanan, Denpasar dan Badung. “Salah satunya dengan melakukan eliminasi terhadap anjing-anjing liar tanpa pemilik di seluruh Jembrana,” katanya. Sandjaja menambahkan pihaknya akan mengirimkan sampel anjing ke Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Denpasar untuk memastikan apakah Jembrana bebas rabies atau tidak. “Nanti kita ambil sampel kepala anjing dari Pengeragoan dan Gilimanuk untuk diambil otaknya,” tandasnya. Terkait dengan kasus gigitan anjing, Sandjaja mengakui ada sejumlah kasus gigitan anjing namun tidak menunjukkan tanda-tanda rabies. “Setelah kami observasi ternyata kasus gigitan anjing itu tidak menunjukkan gejala-gejala rabies,” katanya. pemkab jembrana
Selengkapnya...

Minggu, 04 Oktober 2009

GERBANG BARAT SIAGA RABIES


Kendati dinyatakan bebas rabies, merebaknya wabah penyakit rabies di Tabanan, membuat Jembrana khawatir. Sebagai tetangga terdekat Tabanan, Jembrana rupanya tidak mau ambil resiko dengan penyakit mematikan tersebut. Berbagai upaya antisipasi telah dilakukan, mulai dari pembentukan Tim Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rabies (Tikor) maupun melakukan vaksinasi massal terhadap sejumlah anjing-anjing milik warga secara gratis.

Senin (28/9), puluhan ekor anjing di Lingkungan Kebon, Baler Bale Agung, Negara mendapat vaksinasi rabies gratis. Kasi Kesehatan Hewan Dinas Perkutut, I Nyoman Sueastika mengatakan vaksinasi ini bertujuan meningkatkan kekebalan tubuh hewan penular rabies (HPR). “Dalam setahun, akan kita lakukan vaksinasi sebanyak dua tahap,” katanya. Pasalnya, pada vaksinasi pertama belum membuat HPR kebal terhadap penyakit mematikan yang ditemukan pada 23 tahun silam ini. “Tiga bulan kemudian kita suntik lagi. Setelah itu, HPR tersebut baru dinyatakan kebal rabies selama setahun ke depan,” terangnya. Menurut Sueastika, propinsi Bali telah dinyatakan termasuk dari 23 propinsi di Indonesia yang divonis sebagai daerah endemis rabies. “Sejak tahun lalu, Bali dinyatakan daerah endemis rabies,” terangnya. Saat dikonfirmasi di penghujung acara, Kabid Peternakan Dinas Perkutut Jembrana, I Nyoman Swastika mengungkapkan penyakit rabies sangat mematikan yang disebabkan oleh gigitan HPR yang telah terjangkit rabies maupun ada luka yang terkenai liur dari HPR tersebut. “Kalau warga tergigit HPR, pertolongan pertamanya adalah dengan mencuci luka tersebut dengan sabun pada air yang mengalir. Setelah itu langsung bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lanjutan,” katanya. Menurut Swastika, selain telah membentuk Tikor, pihaknya telah melakukan serangkaian sosialisasi tentang bahaya penyakit rabies, pendataan jumlah populasi anjing di setiap desa serta melakukan eliminasi terhadap HPR yang dicurigai mengidap rabies. “Kalau ada HPR yang kita curigai mengidap rabies, kita langsung lakukanh eliminasi dengan menyuntikkan cairan Strichnine,” ungkapnya. Suastika juga menghimbau agar warga yang tergigit HPR untuk segera melaporkan ke petugas dari Dinas Perkutut dan segera mengkandangkan HPR yang dicurigai mengidap rabies. “HPR yang menggigit jangan dibunuh dulu tapi dikandangkan untuk kepentingan observasi,” harapnya.

I Nyoman Suadia (60), salah seorang warga Baler Bale Agung, ketika ditemui saat berlangsungnya vaksinasi gratis tersebut mengaku sangat berkepentingan dengan adanya kegiatan vaksinasi gratis ini. “Sebagai seorang penghobi anjing, tentunya saya sangat ingin binatang peliharaan saya terbebas dari penyakit rabies,” ujar kakek pemilik dua ekor Labrador dan seekor Herder ini. Suadia juga mengaku siap anjing kesayangannya itu dimusnahkan jika nantinya memang benar-benar terjangkit virus rabies. “Saya siap memusnahkan anjing saya kalau memang anjing-anjing saya bener terkena virus rabies,” ujar Suadia. Sementara itu, Gusti Ayu Suarni, salah seorang warga lainnya mengaku khawatir kalau wabah rabies di Tabanan akan menjalar hingga ke Jembrana sehingga dirinya segera membawa anjing pudel kesayangannya untuk divaksin rabies. “Biar tidak keburu terjangkit penyakit makanya saya segera menyuntik anjing saya. Mumpung gratis,” ujarnya sambil tersenyum.

pemkab jembrana

Selengkapnya...

Kamis, 01 Oktober 2009

Penyuluhan Edukatif Rubriksasi di SMP Negeri 1 Negara


Keterampilan jurnalistik bagi sekolah saat ini menjadi hal penting yang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Berangkat dari pemikiran bahwa di setiap sekolah pasti memiliki media yang secara harfiah merupakan penyalur atau perantara dari suatu sumber ke penerima, Universitas Pendidikan Ganesha merasa perlu berbagi ilmu dengan siswa untuk menumbuhkembangkan wawasan dan keterampilan jurnalistik di kalangan pelajar.

Karena itu, panitia penyuluhan jurnalistik yang terdiri dari UKM Pers Mahasiswa Undiksha Singaraja yang tergabung dalam redaksi Majalah VISI memberikan materi untuk mengembangkan kreativitas siswa, antara lain mengenai pengelolaan media sekolah, menulis berita, teknik wawancara, hingga rubrikasi. Karena media sekolah berfungsi sebagai alat kontrol (mengotrol setiap kebijakan yang diberlakukan sekolah), penyalur aspirasi (ide, masukan, kritik dan saran lingkungan sekolah), sarana informasi (penyebaran informasi), serta penyalur minat dan bakat siswa, tentu penyuguhan berita yang baik sangat penting serta berpengaruh terhadap arah dan tujuan pemberitaan.

Menurut Ketua UKM, Era Adnyayanti, kunjungan penyuluhan UKM Pers Undiksha ini merupakan ajang berbagi ilmu dengan pelajar sekolah menengah untuk lebih memahami dunia jurnalistik. “Selain berbagi ilmu dan sharing, sebenarnya kami juga ingin mau praktek ngomong di depan umum. Karena jika lulus, salah satu dari kami pasti ada yang jadi guru,” jelasnya.


Penyuluhan yang mengambil tempat di aula SMP Negeri 1 Negara, Jumat pekan lalu, tersebut diisi dengan penjelasan materi hingga praktek menulis berita. Beberapa materi yang dijelaskan antara lain mengenai cara menulis berita yang terstruktur maupun non stuktur dan teknik mewawancarai narasumber, baik yang panjang hingga singkat. Meski sedikit membingungkan, seluruh siswa dari sekolah yang baru saja mengikuti lomba Wawasan Wiyata Mandala tingkat provinsi tersebut tetap mengikuti penjelasan materi yang disuguhkan, serta tak sungkan menanyakan yang tidak begitu mereka ketahui. Ada yang menanyakan apa yang dimaksud dengan buletin sekolah hingga bagaimana cara membuat salam redaksi.

Selain beberapa materi yang disajikan mahasiswa Undhiksa, mereka juga mengadakan praktek menulis berita. Praktek menulis berita diaplikasikan melalui pembuatan majalah dinding yang diikuti 30 peserta dan membagi diri menjadi 5 kelompok. Mereka akan memberitakan hal-hal yang ada di lingkungan sekolah dan menjadikannya sebagai majalah dinding. Tidak hanya itu, penyelenggara juga menetapkan juara bagi mading terbaik.

Semua peserta yang mengikuti kegiatan tersebut sangat antusias, mulai dari mencari berita hingga menempelkan berita-berita tersebut ke karton sebagai papan mading. Tak tampak diantara mereka yang kehabisan ide untuk mencari berita. Beberapa dari mereka mengejar-ngejar kepala sekolah untuk dimintai keterangan soal Lomba WWM yang baru saja mereka ikuti sesuai instruksi yang sudah disampaikan para penyaji. Tidak hanya itu, itu memperdalam berita, ada pula yang mencari referensi di internet.

Topik permasalahan yang diangkat beragam. Salah satu kelompok mengangkat tentang facebook yang saat ini hangat di perbincangkan masyarakat. Mereka beranggapan, jika mereka mengangkat topik tentang dunia maya itu, pasti tak hanya siswa yang mengikuti penyuluhan saja yang tertarik. Bahkan mereka berkeyakinan, para penyaji akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang akan mereka presentasikan. “Nanti ‘kan ada presentasinya. Pasti orang-orang pada heran kalo menjelaskan tentang ini,” kata Ayu, salah seorang peserta. Rupanya, sebagian besar dari mereka sudah mengenal facebook dan fasih menggunakannya.

Acara rutin tahunan UKM VISI Ganesha ini telah bersafari dari barat Provinsi Bali hingga ke timur. Tahun ini, mereka telah mendatangi Kabupaten Tabanan sebelum akhirnya bertandang ke Kabupaten Jembrana. Kegiatan ini akan terus dilaksanakan mengingat perlunya bimbingan khusus bagi remaja usia sekolah untuk memperdalam ilmunya di bidang jurnalistik. Mereka berharap, para siswa yang mengikuti penyuluhan ini dapat menularkan ilmu yang didapatnya kepada seluruh siswa agar remaja mengetahui bagaimana baiknya jika kelak mereka akan menjadi seorang penulis.

poetry
Selengkapnya...

Minggu, 27 September 2009

Menbudpar Jro Wacik Buka Parade Budaya Nusantara-Jembrana 2009


Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, Jero Wacik, kembali hadir di Kabupaten Jembrana untuk membuka Pawai Budaya Nusantara sebagai puncak perayaan HUT ke-114 Kota Negara, pada 1 September laly. Pawai yang mengusung tema “Bhinneka Sandi Adnyana” (Keragaman Menuju Satu Tujuan) tersebut, berlangsung meriah dan disaksikan oleh ribuan penonton dari dalam dan luar negeri hingga meluber sampai memenuhi sepanjang Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan poros jalan utama di Kabupaten Jembrana.

Bupati Jembrana, Prof. Dr. I Gede Winasa dalam sekapur sirihnya menyampaikan, Kota Negara memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang dengan romantika kehidupan masyarakatnya yang semakin berkembang secara dinamis. “Dalam usianya yang lebih dari satu abad, Kota Negara masih dapat menunjukkan eksistensinya baik sebagai pusat pemerintahan maupun sebagai pusat perkembangan ekonomi, politik dam sosial budaya,” ujarnya.

Eksistensi itu, kata Winasa tidak terlepas dari berbagai upaya, program dan kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan dengan dukungan partisipasi segenap masyarakat Jembrana. “Sebagai wujud rasa syukur dan bahagia, dalam memperingati hari ulang tahun Kota Negara, kami melaksanakan berbagai kegiatan seni dan budaya guna menumbuhkan suasana kebatinan yang semakin mendalam,” katanya. Sebagaimana biasa, tambah Winasa, salah satu bentuk kegiatan seni budaya yang selalu ditampilkan dalam peringatan HUT Kota Negara yaitu Parade Budaya Nusantara sebagai event tetap tahunan. “Parade Budaya Nusantara ini diikuti oleh berbagai tim kesenian daerah, baik dari daerah Jembrana maupun kabupaten/kota lainnya di Indonesia bahkan tim kesenian dari luar negeri,” ujarnya.


Sementara itu, Menbudpar Jero Wacik mengajak seluruh masyarakat menjaga seni budaya yang dimiliki, utamanya tarian dengan jalan rajin menarikannya. “Jangan baru tari-tarian kita dipakai tetangga kita, baru kita protes,” demikian Jro Wacik.

Menurut Menbudpar, Tari Pendet yang sudah ada sejak lama jarang ditarikan lagi sehingga sering lupa. “Lima tahun saya menjadi menteri dan teramat sering datang ke Bali, sudah jarang saya melihat tari pendet. Karena sudah terlalu lama tidak ditampilkan mungkin kita lupa,” katanya. Namun, imbuh Menbudpar, masalah tari pendet dengan Malaysia sudah selesai setelah pemerintah Malaysia dengan tegas mengatakan tidak mengklaim tari pendet tersebut. “Pemerintah Malaysia dengan tegas mengatakan kalau tari pendet merupakan milik Bali,” katanya. Namun, imbuh Menbudpar, kalao ada orang lain yang menarikan taria-tarian Indonesia, itu merupakan salah satu bentuk apresiasi mereka. Di sisi lain, Menbudpar juga mengungkapkan kalau kesenian wayang sudah diakui oleh dunia melalui UNESCO. “Saat ini wayang kita sudah diakui oleh UNESCO. Sekarang apakah kita sudah rajin nonton wayang? Menterinya rajin memperjuangkan, tapi tidak ada yang nonton,” ucapnya menyindir.

Dalam kesempatan tersebut, Menbudpar juga menyampaikan pesan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan jika suatu saat kabupaten/kota mempunyai agenda kebudayaan seperti Parade Budaya Nusantara jangan ragu-ragu mengundang presiden. “Saat saya berpamitan dengan Bapak Presiden beliau menitipkan pesan, jika ada agenda kebudayaan seperti ini jangan ragu-ragu mengundang beliau. Kalau ada waktu Bapak Presiden pasti datang. Makanya rajin-rajinlah mengundang beliau karena beliau cinta pada Bali,” katanya. Selain itu, Presiden SBY juga menitipkan pesan terkait Pemilu yang lalu. “Sekarang pemilu sudah berakhir. Kalau dulunya ada yang bersaing karena beda warna, sekarang harus diakhiri. Mari kita teruskan membangun negeri ini bersama-sama,” demikian pesan Presiden.

Pembukaan Pawai Budaya Nusantara ditandai dengan pemukulan kendang raksasa oleh Menbudpar, Jero Wacik, yang didampingi oleh Bupati Winasa dan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali, Ida Bagus Sedawa. Iringan pawai diawali dengan berbagai kesenian khas dan hanya ada di Kabupaten Jembrana. Setelah barisan itu berlalu disusul dengan penampilan kesenian-kesenian dari 23 kabupaten dan kota yang hadir dalam pawai kali.

Para delegasi kesenian tersebut menampilkan berbagai macam kesenian khas dari masing-masing daerahnya yang diawali dengan tampilnya seratus Penari Gandrung persembahan Kabupaten Banyuwangi. Lalu disusul oleh Kota Probolinggo dengan menampilkan kolaborasi antara Barongsai dengan kesenian Jaran Bodhag. Sementara Kabupaten Probolinggo yang menyusul berikutnya menampilkan kesenian Ngiring Kucing. Yang unik, kendati tim kesenian Jepang absen dalam PBN kali ini namun tariannya berupa Tarian Yozakoi tetap hadir menyemarakkan pentas tahunan ini. Tarian yang menggambarkan semangat masyarakat Jepang dalam menghadapi krisis ekonomi pada tahun 1954 ini ditampilkan dengan apik oleh siswa-siswa SMPN 4 Mendoyo. Kabupaten Tabanan, Bali, hadir dengan kesenian Okokan, Kabupaten Buleleng mengirimkan Marching Band Ki Barak Panji Sakti, sedangkan Kota Denpasar mengutus kesenian Sri Jagatnatha Rata Yatra.
Selengkapnya...

Jumat, 25 September 2009

IDEOLOGI PERJUANGAN BERUBAH MENJADI IDEOLOGI INDUSTRI



I Putu Gede – sebut saja demikian, pada suatu hari mencegat salah seorang wartawan Independen News di jalan. Warga masyarakat Desa Tukadaya ini, dengan mimik teramat serius meminta media ini untuk memuat berita seputar kekisruhan proses pembuatan KTP yang terjadi di desanya. “Tolong ya pak, berita ini harus dimuat! Soalnya kami warga masyarakat sudah lama menahan kesabaran untuk tidak melakukan demo kepada kepala dusun,” demikian I Putu Gede.

Tidak lama sebelumnya sekelompok warga masyarakat juga pernah mendatangi kantor redaksi Independen News dengan permintaan yang hampir sama. Sekelompok warga tersebut meminta media ini memberitakan indikasi “perbuatan korupsi” yang dilakukan kepala desanya. Mereka mengaku yakin Bupati pasti akan menindak kepala desa bersangkutan jika beritanya dimuat di koran. “Kalau tidak ditulis di koran kasusnya pasti tidak ditindaklanjuti. Kan biasanya begitu pak,” demikian warga tersebut.

Pada kesempatan yang lain, juga pernah terjadi koran-koran lokal di Bali serentak menurunkan berita perbuatan pungli di sebuah SMA Negeri di Negara. Berita tersebut bersumber dari satu atau dua orang tua siswa yang tidak setuju dengan adanya pungutan sumbangan yang ditarik oleh Komite Sekolah untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Padahal di dalam rapat wali murid sebelumnya, mayoritas orangtua murid menyatakan sanggup dan sukarela dipungut sumbangan. Tetapi seusai rapat, rupanya ada beberapa orang tua murid yang kurang setuju dan merasa keberatan dengan pungutan tersebut, menghubungi wartawan dan memberikan keterangan dengan “cukup dramatis” atas rapat wali murid sebelumnya. Kebetulan ketika wartawan yang menulis berita tersebut melakukan konfirmasi kepada pihak komite sekolah, Ketua Komite Sekolah tidak bisa dihubungi. Maka turunlah berita yang bagi pihak tertentu dianggap sangat menyudutkan tersebut.


Fenomena di atas hanyalah beberapa fakta yang ada di tengah pemahaman dan perlakuan masyarakat atas keberadaan surat kabar. Bahwa suka atau tidak, sampai saat ini sebagian besar warga masyarakat masih menganggap surat kabar hanya sebagai tempat penampungan keluh kesah dan tempat “pemuatan berita buruk”. Sebagaimana yang harus pula diakui secara jujur, bahwa isi koran-koran atau media massa terutama di jaman reformasi ini pun memang lebih banyak “berita buruknya” daripada “berita baiknya”.

Pergeseran Ideologi
Hal ini pun terungkap dalam “Seminar Peran Surat Kabar Menuju Masyarakat Informasi”, yang diselenggarakan baru-baru ini oleh BPPKI Yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Kabupaten Jembrana. Salah seorang pembicara, Hendri Subiabto, bahkan mengatakan koran atau media massa saat ini justru lebih mengedepankan krisis atau konflik dalam pemberitaan-pemberitaan besarnya. “Karena memang hanya berita yang seperti itu yang laku dijual. Masyarakat lebih suka disuguhi berita buruk daripada berita yang lebih membawa optimisme. Ini fakta,” demikian Hendri.

Hendri yang juga merupakan Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informasi ini, mengatakan peran surat kabar sebagai media perjuangan saat ini sudah bergeser secara ideologi. “Jika pada jaman penjajahan dulu surat kabar berfungsi untuk mengobarkan semangat nasionalisme, sekarang telah berubah ideologi sebagai salah satu komoditas industri. Maka tidak heran isi surat kabar sekarang jarang yang mempertimbangkan efek psikologis publik pembacanya. Sekali lagi yang penting laku,” tandas Hendri.

Sementara itu pembicara lainnya Putu Wirata Dwikora mengatakan, kendati sangat kecil, peran surat kabar sebagai alat perjuangan sipil saat ini terkadang masih efektif. Ketua Bali Corruption Watch ini mencontohkan ada beberapa kebijakan pemerintah yang bisa dipengaruhi oleh surat kabar. “Kawan-kawan LSM cukup sering berhasil memperjuangkan aspirasi sipil melalui media massa atau koran. Cuma, memang harus diakui sebagian besar surat kabar yang ada saat ini lebih membela kepentingan industri daripada perjuangan sipil,” demikian Putu Wirata.

Ketika menyinggung masalah kecilnya honor para pekerja jurnalistik di Indonesia, kedua pembicara mengakui kebenaran hal tersebut. Menurut Putu Wirata hal itu juga merupakan salah satu sistem yang ada pada industri. Bahwa, para pemilik surat kabar bukannya berfikir bagaimana meningkatkan kesejahteraan wartawan dan karyawannya, tetapi bagaimana memperbesar dan menambah aset dan cabang perusahaan. “Dan hal ini pun turut menjadi penyebab bergesernya ideologi para pekerja jurnalistik. Di lapangan para wartawan sering tak berdaya menghadapi godaan ‘amplop’. Akhirnya ada pihak-pihak yang bisa membeli berita sesuai dengan kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan publik yang lebih luas. Untuk menghadapi hal ini, bukannya kita harus menutup pabrik amplop, tetapi perusahaan atau pemilik surat kabar harus memperbaiki kesejahteraan wartawannya. Dengan kesejahteraan yang cukup, maka wartawan akan mampu mempertahankan idealismenya,” ujarnya sambil berkelakar.

Tendensius
Salah seorang peserta seminar yang juga seorang wartawan sebuah media lokal Bali, dalam kesempatan tanya-jawab mengungkapkan, bahwa sejatinya bagi setiap wartawan (terutama di daerah-red), sudah selalu berusaha menulis berita dengan memenuhi aspek keseimbangan (balancing). Demikian pula dengan jenis berita yang ditulis, tidak melulu “berita buruk” tetapi juga selalu menyertakan “berita baik” untuk dikirim ke meja redaksi. “Sebagai ujung tombak sebuah surat kabar di lapangan, kami sudah menyadari betul posisi, peran dan tugas kami bagi pembangunan masyarakat,” katanya.

Sementara seorang peserta yang lain, Wayan Suparsa, mengatakan pemberitaan-pemberitaan di surat kabar saat ini sebagian besar cenderung sangat tendensius di dalam memberitakan suatu peristiwa. “Apalagi jika memberitakan soal-soal di pemerintahan, masyarakat disuguhi seolah-olah tidak ada kegiatan pemerintah yang baik,” demikian Suparsa.

Jika beranjak dari tema yang diangkat dalam seminar tersebut, dapat diterka penyelenggara bertujuan untuk lebih meningkatkan apresiasi masyarakat atas keberadaan media massa khususnya surat kabar. Terlebih-lebih di jaman globalisasi ini, dimana masalah kebebasan pers selalu menjadi wacana terdepan dalam setiap obrolan mengenai dunia jurnalistik. Tentu menjadi sangat penting adanya kesepahaman antara masyarakat luas (awam) dengan masyarakat pers (dari jajaran redaksi hingga wartawan di lapangan), agar wacana kebebasan pers tidak termaknai secara sepihak. Sayangnya, dalam seminar tersebut peyelenggara justru tidak mengundang perwakilan dari masyarakat awam yang menjadi sasaran seminar.

poetry
Selengkapnya...

Kamis, 10 September 2009

Kesenian Tradisional, Andalan SMANDA dalam Lomba WWM 2009


Untuk pertama kalinya SMA Negeri 2 Negara (SMANDA) mewakili Kabupaten Jembrana dalam Lomba Wawasan Wiyata Mandala (WWM) tingkat provinsi. Lomba yang sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Olahraga Pariwisata dan Budaya Provinsi Bali, Rabu (2/9) lalu. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam lomba ini meliputi proses belajar mengajar, administrasi sekolah, lingkungan sekolah, hingga berbagai jenis ekstrakurikuler yang ada.

Pelaksanaan Lomba
Penilaian dilakukan tim juri yang terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan aspek-aspek yang dilombakan. Juri mencermati dan menilai dengan seksama pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas yang dilakukan di SMANDA yang sepenuhnya menggunakan teknologi komputerisasi sebagai aplikasi teknologi yang saat ini berkembang dengan pesat.

Di bidang ekstrakurikuler, SMANDA menampilkan semua potensi siswa, mulai dari seni musik, seni tari, seni tabuh (gamelan tradisional), hingga berbagai jenis olahraga. Setidaknya 30 kegiatan ekstrakurikuler ditampilkan sekolah yang proses belajar mengajarnya dimulai dari pukul 6.30 hingga pukul 15.00 tersebut.


Di antara berpuluh ekstrakurikuler tersebut, kesenian tradisional menjadi andalan SMANDA yang merupakan sekolah kajian di kabupaten paling barat Provinsi Bali ini. Kesenian Jegog, salah satu kesenian khas Kabupaten Jembrana, dijadikan sebagai salah satu kegiatan andalan di SMANDA. Dari kesenian Jegog tersebut, SMANDA menjadi dikenal sampai keluar provinsi melalui pawai-pawai budaya yang diikutinya. Kesenian ini pula yang digunakan untuk menyambut tamu (juri), hingga mengantar kepulangan mereka dalam Lomba WWM kali ini.

Tidak ada kendala
Kepala SMAN 2 Negara, Drs. I Nyoman Suandhia mengatakan, dalam mempersiapkan sekolahnya untuk mengikuti lomba WWM ini pihaknya boleh dikatakan tidak menemui kendala yang berarti. Sebab menurutnya berbagai aspek yang dinilai dalam loba sejatinya sudah mereka laksanakan setiap hari. “Kami tidak mengalami kesulitan sebab yang dinilai ini sudah kami lakukan sehari-hari. Jadi kami bersama siswa dan seluruh komponen sekolah sudah terbiasa melakukannya. Hanya saja pada saat penilaian seperti ini kami merias sekolah agar nuansanya sedikit berbeda,” demikian Nyoman Suandhia.

Suandhia menambahkan, dari tiga aspek utama yang dinilai yakni penataan lingkungan, administrasi sekolah dan kegiatan belajar mangajar, yang paling lama membutuhkan persiapan adalah penataan lingkungan sekolah. Jika beranjak dari komentar dewan juri yang tadi saya antar berkeliling, kami bersaing ketat dengan SMAN 1 Kuta Utara. Sementara peserta yang lainnya katanya belum bisa menyamai kelengkapan kami. Dan jika hanya dilihat dari sisi penataan lingkungan, saya yakin sekolah kami lebih unggul,” tambahnya yakin.

Sementara itu salah satu dewan juri, Ngurah Gede Sujaya menyatakan, kendati SMANDA sudah tergolong baik secara umum, namun dari sisi administrasi masih ditemukan ada kekurangan. “Terutama dalam hal tertib atau disiplin administrasi. Kami masih menemukan ada beberapa kejanggalan, misalnya absensi guru belum semua ditandatangani oleh para guru, namun Kepala Sekolah sudah duluan memberi tanda tangan pengesahan,” kritik Sujaya.

Di sisi lain, Sujaya juga menyoroti keberadaan taman sekolah yang kurang diisi tanaman obat-obatan atau apotik hidup. “Tamannya bagus, tapi akan lebih baik lagi jika ditambah tanaman-tanaman yang lebih bermanfaat semisal tanaman obat,” kritik Sujaya.

Bagaimanapun, dari keseluruhan pelaksanaan Lomba WWM 2009 yang diikuti SMANDA ini, setidaknya dapat menjadi bahan evaluasi pihak-pihak terkait untuk menjadikan sekolah lebih baik lagi. Sebagaimana esensi tujuan lomba yang sebelumnya disampaikan oleh Ketua Tim Juri, bahwa lomba bukan semata-mata mencari pemenang, tetapi sebagai motivator untuk senantiasa menjaga eksistensi sekolah agar benar-benar menjadi gudang ilmu pengetahuan sekaligus sebagai benteng pelestari budaya bangsa.

Bagaimana hasil lomba ini? Kita tunggu saja!

poetry
Selengkapnya...

Kamis, 03 September 2009

Perayaan 114 tahun Kota Negara Ditutup

Setelah sebulan warga Jembrana disuguhi oleh berbagai hiburan, rangkaian peringatan HUT Kota Negara ke-114, resmi ditutup oleh Bupati Jembrana, I Gede Winasa, Rabu (2/9). Panggung terbuka Ardha Candra Pura Jagatnatha yang biasanya menjadi tempat unjuk kebolehan masyarakat Jembrana tiba-tiba berubah menjadi unjuk kemahiran pejabat dan istrinya di bidang tarik suara.

Dalam acara yang penuh gelak tawa itu, Winasa mengungkapkan antusiasme masyarakat menikmati hibutan gratis yang disuguhkan Pemkab selama sebulan penuh membuat rasa lelah yang dirasakan panitia sirna. “Mulai dari acara pembukaan, pementasan kesenian, pameran dan puncaknya pada Parade Budaya Nusantara telah disajikan dengan baik dan bisa dinikmati oleh seluruh warga Jembrana. Kebahagiaan masyarakat inilah yang membuat lelah panitia sirna,” ujarnya. Selain itu Winasa juga meminta maaf atas segala kekurangan dalam pelaksanaan rangkaian acara peringatan HUT Kota Negara. “Saya juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dan partisipasi warga Jembrana dalam mensukseskan rangkaian acara dalam menyambut HUT Kota Negara. Segala kekurangan yang bersifat teknis maupun karena kondisi lapangan, tentunya dapat dijadikan pelajaran bagi pelaksanaan kegiatan serupa di tahun-tahun mendatang,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana HUT Kota Negara, I Gde Suinaya melaporkan peringatan HUT Kota Negara ke-114 dikemas dalam tiga dimensi kegiatan yakni, Parade Budaya Nusantara, Pameran Seni Kerajinan yang dirangkaikan dengan pameran IT serta pementasan kesenian daerah. “Secara keseluruhan, kegiatan tersebut telah diikuti dan mendapat sambutan antusias dari peserta maupun seluruh masyarakat,” kata Suinaya yang juga Sekkab Jembrana. Suinaya juga menyampaikan terima kasih dan permohonan maaf atas berbagai kekurangan dalam penyelenggaraan rangkaian kegiatan tersebut.

Pada puncak penutupan HUT Kota Negara, masyarakat Jembrana dihibur oleh artis Bali Yan Sri Kandi yang melantunkan tembang energiknya yang mengakibatkan penonton larut dalam alunan dan gerak yang seirama dengan iringan musik dari Punk Kwala Band hingga penonton semakin bergairah. Dengan sedikit merayu disamping meja undangan, Yan Srikandi akhirnya berhasil menggaet Kasat Pol.PP Jembrana I Ketut Wiratma yang terlihat masih malu-malu meski mendapat dukungan penonton.

Selain itu istri Kasat Pol.PP Sri Ani Negari juga tidak mau kalah, saat artis Bali Gek Intan tampil dipanggung, Intan kembali mampu menggaet Sri Ani Negari untuk nyanyi dan joged bareng. Meski dengan berbusana adat, istri I Ketut Wiratma tidak sulit untuk mengimbangi goyangan Gek Intan.. Penutupan HUT Kota Negara ke 114 di Stage Jagatnatha mampu menarik perhatian penonton yang tetap setia mengikuti acara demi acara, yang dihadiri langsung Bupati Jembrana I Gede Winasa dan Wakilnya I Putu Artha serta pejabat Pemkab Jembrana lainnya, meski gerimis saat acara berlangsung.

poetry
Selengkapnya...

Jumat, 28 Agustus 2009

Pameran Industri Kerajinan dan IT - Jembrana 2009

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam rangkaian perayaan HUT ke-114 kota Negara tahun 2009 ini, Pemerintah Kabupaten Jembrana kembali menyelenggarakan Pameran Industri Kerajinan dan IT. Pameran yang kali ini digelar di areal parkir umum belakang kantor Bupati Jembrana ini, dibuka Selasa (25/8) sore, oleh Wakil Bupati Jembrana, I Putu Artha, didampingi Ketua Dekranasda Kabupaten Jembrana, Ari Sugianti Artha.

Bupati Jembrana, I Gede Winasa dalam sambutan yang dibacakan oleh Wakil Bupati, I Putu Artha mengatakan, pameran ini digelar untuk membantu pengusaha kecil dan kerajinan dari seluruh Indonesia untuk memasarkan produk-produk unggulannya sehingga dapat mempercepat peningkatan ekonomi negara. “Saya harapkan pameran ini berdampak luas bagi seluruh Indonesia terutama masyarakat yang bergelut pada industri kerajinan,” demikian Bupati Winasa. “Mudah-mudahan dengan pameran ini, perajin dan pengusaha kecil bisa memasarkan hasil produksinya secara lebih luas. Kalau bisa hingga menembus pasar luar negeri,” harapnya.

Selain itu, Bupati Winasa juga berharap peran buyer dalam pameran ini tidak saja hanya sebatas membeli, tetapi juga ikut membantu mengenalkan hasil industri kecil sehingga dikenal hingga ke luar negeri. “Di sinilah para buyer saya minta partisipasi aktifnya untuk membeli dan memperkenalkan hasil-hasil produksi industri kecil dan kerajinan ini. Kalau bisa sampai menembus pasar ekspor,” ujar Winasa.

Koordinator Pameran yang juga Kepala Dinas Perindakop Jembrana, I Made Sudantra, dalam laporannya menyatakan pameran kali ini diikuti 123 perajin dari 28 Kabupaten di Indonesia. Selain stand pengrajin, dalam pameran ini juga disediakan 10 stand untuk pameran Teknologi Informatika (TI). Di samping itu, menurutnya pameran kali ini telah mengalami peningkatan dari pameran yang sama di tahun sebelumnya, baik dari jumlah peserta maupun jenis barang yang di pamerkan. “Tahun lalu, jumlah peserta pameran dari luar daerah hanya 18 kabupaten, sedangakan kali ini diikuti oleh 123 perajin dari 28 Kabupaten di Indonesia. Demikian juga jenis-jenis barang kerajinan industri yang dipamerkan jauh lebih banyak dari tahun kemarin dengan kualitas yang lebih baik pula,” demikian Sudantra.

Sundantra juga menyatakan, dari evaluasi yang dilakukan, sebagian besar pengrajin lokal Jembrana maupun dari luar Jembrana yang telah pernah mengikuti pameran sebelumnya, dapat mendongkrak hasil penjualan mereka. Artinya, pameran industri kerajinan yang diselenggarakan Pemkab Jembrana setiap tahun ini, terbukti mampu menjadi media promosi produk kerajinan hingga keluar daerah. “Dengan demikian, pameran yang kita selenggarakan ini, juga mampu mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian masyarakat Jembrana maupun di luar daerah,” lanjut Sudantra.

Paling Laris
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pedagang di hari pembukaan pameran, yang paling banyak diminati oleh masyarakat pengunjung adalah handycraft, terutama yang berbahan baku dari kayu. Hal ini disebabkan karena harga barang-barang tersebut relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat umum. Di samping itu, minat masyarakat terhadap barang-barang ini juga didorong oleh kegemaran masyarakat sekarang untuk memajang berbagai jenis handycraft di rumahnya guna mempercatik ruangan.

Seperti dituturkan oleh salah seorang peserta pameran, Yunita, di hari pertama setelah pembukaan 50 persen lebih barang dagangannya telah laku terjual. Pemilik usaha Jembrana Creation yang beralamat di Baler Bale Agung Negara ini mengatakan, barang-barangnya banyak dibeli para pejabat. “Barang-barang saya yang laris di hari pertama ini saja adalah barang yang biasa di pakai di rumah tangga semisal kotak tisu, nampan, karngan bunga kering. Kebetulan barang-barang tersebut kami buat dengan bahan baku kulit pohon pisang, kulit jagung, tangkai daun singkong. Jadi terlihat sangat menarik, namun harganya terjangkau oleh siapa saja,” tutur Yunita.

Sementara itu, peserta pameran dari Yogyakarta, Yuliana, juga mengatakan barang-barang kerajinan yang dipamerkannya sangat laris dalam pameran kali ini. Penyalur barang-barang kerajinan berbahan baku akar-akaran ini, mengaku di hari pertama saja peminat barang dagangannya sudah cukup banyak. “Saat ini saya sudah berhasil menjual banyak pensil yang dihiasi akar wangi dengan berbagai bentuk. Peminatnya terutama remaja dan anak-anak sekolah,” demikian pemilik nama lengakp Yuliana Defal Comieri Sulistyani ini.

Hasan, salah seorang peserta pameran juga mengaku kalau setiap pameran serangkaian HUT Kota Negara ini digelar, dirinya selalu hadir untuk memamerkan barang-barang hasil produksinya. “Hampir setiap ada pameran ini saya ikut,” ujar pedagang permata dari Jawa Timur ini. Menurut Hasan, dirinya rutin mengikuti pameran ini lantaran barang dagangannya sebagian besar ludes terjual. “Bahkan tahun lalu, saya sampai tidak membawa pulang lagi barang saya lantaran sudah semuanya laku,” tutur Hasan.

Komitmen Bupati Jembrana, I Gede Winasa untuk membangkitkan industri kecil dan kerajinan sungguh bukan isapan jempol belaka. Pameran Industri Kerajinan dan Informasi Teknologi, serangkaian HUT Kota Negara, hanyalah salah satu upaya yang digagas dan dilaksanakannya di antara berbagai upaya inovasi lainnya selama ini.

poetry saraswati
Selengkapnya...