Senin, 24 Mei 2010

LELAH

Tak pernah sesadis ini
Tak pernah semengharukan ini
Tak pernah sekecewa ini
Tak pernah ingin perduli.

Tak ingin aku mendapatkannya
Tak ingin dia memilikinya
Aku benci

Tak pernah aku merasa sebodoh ini
Bisakah hidup ini tanpa cinta?
Tapi dia bukan yang ingin aku cinta
Tapi tidak, aku hampa

Sekarang aku harus bagaimana?
Apa yang harus aku lakukan?
Dunia ini bagai fatamorgana.
Aku sedih dan kadang ingin bunuh diri
Tapi aku telah berjanji

Suatu saat nanti semoga ia mengerti,
Jadi tak sampai aku menutup hari .

(aku hanya ingin dimengerti)
Selengkapnya...

Jumat, 19 Maret 2010

Kenalan Sama Saya Yuk ??


Haii .. sodara-sodara blogger sekalian yang sudah atau belum pernah mampir ke blog saya. Sebenernya saya terlambat untuk mengenalkan diri mengingat postingan saya yang sudah lumayan banyak untuk dibacaa dan dikomentari.. Namun, kali ini saya merasa punya hutang untuk memperkenalkan diri ke teman-teman biar teman-teman tau bagaimana wujud dan karakter asli milik Anak Agung Ayu Putu Putri Saraswati yang cukup kalian kenal dengan nick name *poetry* yang sering tiba-tiba nongol di soutmix atoo diantara komen di postingan- postingan temen-temen . Bagi yang ingin meneruskan baca silahkan, kalo ngga pengen jugaa ngga papa . So Lets Chek This One :
Nama lengkapku pasti sudah semua tau .. tu yang ada di sebelah kiri dengan poni culun *abis di potong kemaren ma tante Rani .. hehe*. Aku kelahiran Surabaya tanggal 9 Maret tahun 1991 *cukup tua laah* . Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan selalu melalui hari dengan sedang-sedang saja .. tidak pernah berlebihan . Well. aku memang anak yang biasa-biasa saja . Terlahir lebih dulu dibanding adik saya, membuat saya terbiasa hidup mandiri dan seadanya . Saya tak pernah menuntut ini itu dan hal yang macam-macam dari orang tua saya, selain saya tau kondisi keuangan ibu dan ayah, saya juga selalu berpikir untuk kehidupan lanjutan untuk adik-adik saya . Lha kok malah jadi curhat jeung ?? Maav terbawa emosi .. :P .

Lanjut !! Kini saya bekerja sebagai reporter salah satu koran mingguan di JEmbrana *Kota Sekarang ( JEmbrana-Bali )* . Dan saya bukan seorang lulusan S1 Jurnalistik atau yang lebih seram dari itu . Saya hanya lulusan SMA . SMA Negeri 2 Negara yang sekarang sudah berubah nama menjadi SMA Negeri 2 Jembrana . Beruntung saya kenal seseorang yang bisa mengenalkan saya dengan dunia perjurnalistikan . Berbekal kemampuan menulis cerpen saat masih duduk di bangku SMA, saya mencoba menjadi wartawan dengan kemampuan bicara yang seadanya . Mungkin karena Tuhan baik sama saya, dalam waktu seminggu saja saya sudah mendapat id-card yang menjadi tanda saya resmi menjadi seorang wartawan di media tersebut . Itu semua tidak lepas dari bantuan teman-teman sekitar yang selalu membimbing dalam pembuatan berita dan liputan-liputan yang harus saya jalankan .

Yupp !! Perkenalan pekerjaan segitu dulu saja laah . kalau banyak-banyak nanti pasti enek . huek-huek deh ..
Untuk tempat tinggal, ayah saya memilih tempat tinggal yang lumayan jauh dari hingar bingar kota . *dan saya numpang ayah saya* . Saya tinggal di salah satu desa di Jembrana . Rumah saya tidak besar dan tidak bagus . hanya cukup untuk tinggal berempat dengan ayah, ibu, adik perempuan saya, dan saya sendiri tentunya . Hidup di Desa buklanlah hal yang terlalu buruk . banyak inspirasi untuk menulis karena saya tinggal di dekat sungai dan rerimbuan pohon di gang X(gang rumah saya) .

Saya belum berkeluarga, tapi saya mempunyai banyak teman . Itu merupakan anugrah tersendiri bagi saya . Saya selalu mencintai apa yang saya punya dan tidak mencintai apa yang ingin saya punya . Itu yang membuat saya tidak terlalu muluk-muluk untuk menjalani hidup dan tidak terlalu membebankan apa yang saya ingin capai . Santai laah .. hidup masih panjang *pikir saya*

Baiklah, sekian dulu perkenalan saya . Nantikan perkenalan saya selanjutnya dalam postingan-postingan kedepan . Semoga dengan ini tidak ada lagi yang penasaran saya saya . *hmm -_-* sampai bertemu algi di postingan selanjutnya

keep blogging !!
Selengkapnya...

Selasa, 16 Februari 2010

Stasiun Radio di Jembrana (Hidup Segan Mati Tak Mau)


Bisnis radio di Jembrana lagi lesu kalau tidak boleh dibilang mendekati bangkrut. Pengelola harus ngos-ngosan untuk mencukupi biaya operasional maupun gaji karyawan. Iklan sebagai penunjang utama hidup matinya media publik kian sulit diperoleh. Kalaupun ada pemasang, negoisasi harga menyentuh hingga batas terendah. Tak pelak, situasi ini membuat banyak radio di Jembrana hidup segan mati tak mau.

Menyambangi bagian barat Kota Negara, maka akan berjumpa dengan salah satu kantor siaran radio bernama Dirgantara FM. Berdiri sejak tahun 1977, stasiun radio ini merupakan yang tertua di Negara. Saat media hiburan dan informasi dari masyarakat masih banyak mengandalkan siaran radio, stasiun ini mengalami masa jaya. Fans maupun pemasang iklan kerap melengkapi kesibukan rutin stasiun di bilangan Jalan Udayana ini.

Tapi masa jaya itu tidak bertahan lama. Di tahun 2003, pendapatan melalui iklan mulai merosot. Manajer Radio Dirgantara, Munir menilai merosotnya pendapatan dari iklan itu sebagai imbas jumlah stasiun radio di Jembrana yang bertambah banyak. Selain dari sisi jumlah pemasang berkurang, harga iklan juga turun drastis. Menurut Munir, iklan yang dulunya Rp. 10 ribu per spot atau sekali siar kini hanya menjadi Rp. 3500. Apalagi untuk iklan lokal, harga iklannya turun sangat drastis.

“Kalau dulu kami bisa memilih iklan mana yang pantas tayang, sampai beberapa pemasang iklan terpaksa kami tolak. Kini, kami harus berjuang keras untuk mendapatkan iklan agar biaya operasional bisa berjalan lancar,” katanya.

Keluhan senada dilontarkan nyaris oleh semua pengelola stasiun radio di Kabupaten Jembrana. Sumber Harmoni di kalangan pemilik radio mengatakan, saat ini mereka sudah tidak bisa lagi berpikir soal keuntungan. “Jangankan keuntungan, bisa mencukupi biaya operasional dan gaji karyawan saja sudah syukur,” ujar salah seorang pengelola radio. Dengan kondisi itu, ia hanya tersenyum kecut saat ditanya apakah investasi stasiun itu sudah balik modal. “Jangan nanya itu, mas, terlalu jauh rasanya untuk balik modal,” ujarnya.

Sementara Gus Sade, pengelola GSM FM saat ditemui Harmoni tidak menampik jika pendapatan dari iklan menurun drastis. Ia mengungkapkan, saat ini terjadi pertarungan harga iklan yang luar biasa keras dari masing-masing pengelola radio. Bahkan pertarungan itu sudah mengarah kurang sehat karena harga iklan yang diterima tidak masuk akal. “Kayaknya yang penting dapat iklan, tidak peduli berapa pun harganya,” ujar pengelola radio FM pertama di Jembrana ini.

Sade menilai, persaingan iklan yang tidak sehat sebenarnya justru merugikan radio itu sendiri. Ia sendiri merasa beruntung karena memiliki langganan tetap dari pemasang iklan produk nasional. “Pemasang ini sudah langganan di kita sejak radio ini mulai siaran. Kami mungkin beruntung karena merupakan salah satu radio FM pertama di Jembrana,” jelasnya.

Selain GSM FM yang masih bisa bertahan dengan pelanggan iklannya, stasiun-stasiun radio lainnya mesti berjibaku dengan berbagai cara agar tetap bertahan. Ayub, salah seorang pegawai Radio Dirgantara FM mengatakan, agar bertahan pihaknya tidak hanya mengandalkan pemasukan dari iklan. Acara-acara di luar siaran seperti jumpa fans, jalan santai hingga menggelar konser musik menjadi program andalan untuk meraih pemasukan. “Acara-cara itu ditambah dengan pemasukan iklan ternyata bisa membuat stasiun radio ini tetap eksis,” jelas Ayub.

Untuk program siaran hiburan, radio ini lebih banyak memfokuskan pada menu siaran dangdut. “Banyak yang tidak menyangka kalau Dirgantara akan hidup selama ini. Dan kami optimis bahwa ini akan berlanjut sampai ke tahun-tahun berikutnya dengan program-program yang kami bisa berikan. Saya yakin radio tak akan mati. Walaupun radio menjamur, tetap saja ada orang yang mau mendirikan radio,” tambah Munir.

Inovasi dan kreativitas. Prinsip ini dipegang oleh pengelola Radio Swara Negara untuk menjaga eksistensinya di blantika penyiaran. Penanggungjawab Radio Swara Negara, Wisnu Swastika, mengungkapkan apa pun yang dilakukan oleh seluruh media harus berdasarkan dengan inovasi-inovasi yang cemerlang berlandaskan kreativitas. “Sebenarnya sama saja dengan media lain. Kalau mau eksis, ya, harus terus mempunyai program unggulan. Orang-orang di dalamnya juga harus kreatif dalam menjalankannya. Pendengar biar tidak jenuh,” paparnya.

Jika pengelola Radio Dirgantara dan Swara Negara FM masih optimis bisnis siarannya akan bertahan, tidak demikian halnya dengan pengelola STAR FM, Gede Kantika. Saat ditemui Harmoni ia mengakui ada persaingan tidak sehat dalam menjaring iklan. “Masing-masing radio menurunkan harga iklan sampai titik terendah. Ini kan tidak sehat namanya,” ujarnya. Ditanya apakah ia akan melanjutkan bisnis radio ini, Kantika menjawab akan lihat dulu kondisi ke depannya. “Sekarang kami sekedar bertahan saja agar tetap bisa siaran saja,” keluhnya.

poetry
Selengkapnya...

Kamis, 28 Januari 2010

Biaya Kebutuhan Remaja Makin Gila

Mari kita periksa apa saja isi tas dan saku para remaja yang akan jalan-jalan keluar rumah. Pertama, kita akan menemukan handphone, kemudian dompet, dan barang-barang elektronik lain seperti i-pod, PSP, atau bahkan netbook. Sungguh, semua barang itu adalah barang yang hanya bisa jika mau mengorek kantong yang tak sedikit.

Fasilitas-fasilitas itu sepertinya sudah menjadi kebutuhan utama yang wajib dimiliki. Kebutuhan yang nampaknya sudah tidak bisa lepas dari kehidupan remaja. Kita amati saja, rata-rata para remaja sudah mengantongi Hp di saku mereka. Tidak jarang pula, Hp yang mereka miliki adalah jenis yang memiliki berbagai macam fitur seperti kamera, Mp3 player, dan koneksi internet. Tidaklah dapat dipungkiri, Hp dengan berbagai fitur didalamnya tersebut tidak murah. Untuk Hp semacam itu, paling tidak berharga di atas Rp. 750 ribu. Sementara, rata-rata remaja yang notabene masih seorang siswa telah memiliki Hp dengan harga hingga Rp. 1,5 juta. Jika orang tua mereka terbilang mampu dan berpenghasilan cukup, maka barang dengan kualitas tinggi itu tentu akan mudah mereka dapatkan. Lalu bagaimana dengan remaja yang berasal dari kalangan tidak mampu?


Secara tidak langsung, kemajuan teknologi yang ada memacu pengeluaran remaja menjadi lebih besar. Untuk remaja usia sekolah, tentu saja pengeluaran ini akan beralih ke orang tua. Mulai dari kebutuhan primer siswa sampai kebutuhan tersier. Pada kenyataannya, kebutuhan tersier siswa lebih mendominasi dibanding kebutuhan primernya sebagai siswa. Kadang siswa malah lebih mementingkan pembelian pulsa dibandingkan dengan pembelian buku hingga ratusan ribu. Kebanyakan siswa menganggap komunikasi yang lancar itu lebih penting dibandingkan dengan membahas materi yang terdapat di buku pelajaran. Apalagi dengan fitur yang tersedia di dalam Hp, secara tak langsung telah mewajibkan mereka untuk mengisi pulsa jika ingin mengganti status di facebook atau twitter dalam koneksi internet.

Kebutuhan remaja yang membludak tentu menambah pengeluaran orang tua yang tidak sedikit. Harmoni menemukan, pengeluaran siswa yang berasal dari kalangan menengah mencapai lebih dari 300 ribu rupiah perbulan. Jika kondisi ini terus berlanjut dengan orang tua berpenghasilan sama, tidakkah menjadi beban tersendiri bagi orang tua yang mempunyai anak remaja? Kalau orang tua selalu memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan tinggi anaknya tentu tidak akan menimbulkan masalah apa-apa. Tapi bagaimana jika orang tua tidak mampu menuruti biaya-biaya yang timbul sementara anaknya sudah terbiasa bahkan kecanduan dengan gaya hidup berkelas?

Alarm tanda bahaya perilaku sosial remaja harus dibunyikan saat mereka tidak mampu lagi mengontrol gaya hidupnya. Perilaku-perilaku yang melanggar norma seperti tindak asusila potensial dilakukan remaja jika dukungan keuangan dari orang tua sudah mulai macet. Banyaknya kasus perdagangan perempuan yang korbannya rata-rata dari kalangan remaja kemungkinan besar juga berasal dari imbas gaya hidup tersebut. Agar bisa bertahan dan dianggap berkelas, menjual diri memang merupakan jalan pintas yang sangat gampang ditempuh.

Kemajuan teknologi penunjang gaya hidup yang terus berkembang dan zaman yang semakin maju, jika tidak dikendalikan akan menjadi pendorong prilaku negatif remaja. Jaman sekarang bisa dipastikan jika seorang remaja tidak mengetahui berbagai hal yang up to date akan dicap sebagai anak yang kurang pergaulan.

Kini orang tua mempunyai tugas yang amat berat untuk menjaga putra-putri mereka dari masalah teknologi. Selain itu, orang tua juga perlu lebih ekstra kerja keras untuk mewujudkan keinginan anak-anaknya yang makin hari makin membludak. Jika berhasil memberi pengertian kepada mereka terkait pengeluaran yang cukup mencengangkan ini, remaja tentu tidak akan menjadikan semua kebutuhan tersier tersebut menjadi kebutuhan primer.



poetry
Selengkapnya...